“UBI JALAR, KOMODITAS PROSPEKTIF MENUJU KEMANDIRIAN PETANI”

“UBI JALAR, KOMODITAS PROSPEKTIF MENUJU KEMANDIRIAN PETANI”

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup manusia itu sendiri. Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia menjadi salah satu isu paling strategis khususnya bagi negara berkembang seperti Indonesia. Potensi ekonomi dan sosial ubi jalar cukup tinggi, antara lain sebagai bahan pangan yang sangkil (efisien) pada masa mendatang, bahan pakan ternak, dan bahan baku berbagai industri . Ubi jalar memiliki potensi pengolahan dengan inovasi teknologi sekitar 13 jenis produk turunan. Umbinya bisa diolah menjadi pasta macaroni, dibuat menjadi tepung yang menjadi bahan dasar pembuatan snackbar, bihun, kue basah, kue kering, mie dan roti. Daunnya dapat dibuat sayur dan pakan ternak. Selain itu, ubi jalar memiliki kandungan serat dan tidak berlemak, sangat cocok untuk masyarakat yang sedang proses menurunkan berat badan.

Dilain sisi, permintaan ubi jalar di pasar mancanegara ternyata sangat menggiurkan. Bahkan pasarnya terus menjalar ke berbagai negara di dunia. Karena itu, pemerintah mendorong peningkatan produksi agar bisa memenuhi pasar ekspor. Indonesia merupakan negara terbesar ke-3 dalam hal keanekaragaman hayati (biodiversity). Terdapat 77 jenis sumber karbohidrat, 75 jenis sumber protein, 110 jenis sumber rempah dan bumbu, 40 jenis bahan minuman, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran dan 26 jenis kacang-kacangan. Salah satu jenis keragaman hayati di Indonesia yang potensial adalah ubi jalar. Ubi jalar mengandung betakaroten dan antosianin yang dapat mencegah kanker juga kaya akan vitamin A dan C yang sangat baik untuk kesehatan. Di samping itu komoditi tersebut merupakan tanaman dengan daya adaptasi yang luas, mudah disimpan dan mempunyai rasa enak. Hal ini dapat membuka lapangan pekerjaan baru dalam bidang pengolahan hasil yang dapat meningkatkan pendapatan petani beserta keluarganya.

Fakta inilah yang menjadi pertimbangan MTCC Unimma memilih ubi jalar sebagai materi temu ke 4 Sekolah Tani mandiri Muhammadiyah. Ditambah lagi dengan peluang adanya intervensi bantuan Kementan seperti tahun 2021 – dilakukan pengembangan ubi jalar seluas 2.000 Ha di 5 Provinsi antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua dan Papua Barat. Baik budidaya maupun pengembangan aspek hilirisasinya untuk membangkitkan pangan lokal Indonesia. Pertama, dengan pendekatan baik demand side atau market driven. Kedua dengan menjadikan konsumsi pangan lokal sebagai lifestyle. Ketiga mengatur relugasi tentang konsumsi pangan lokal. Keempat dengan melakukan branding, selanjutnya dapat melakukan promosi baik dengan media online, media sosial atau media cetak. Upaya intensifikasi dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ubi jalar adalah melalui intensifikasi diharapkan bisa mengatasi kendala budidaya ubi jalar.

Banyaknya masalah yang dihadapi dalam penyiapan SDM pertanian di Indonesia senantiasa menjadi perhatian MTCC Unimma Apalagi sampai saat ini, fakta menunjukkan bahwa kesejahteraan petani tembakau selalu ada dalam pihak yang dirugikan. Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah ini diselenggarakan bekerjasama dengan SMK Muhammadiyah 2, MPM PP dan PDM Kabupaten Magelang serta Forum Petani MultiKultur Indonesia (FPMI). Kegiatan Sekolah Tani Mandiri secara offline memasuki Temu ke 4 di Jumat 4 Pebruari 2022 ini dengan pemateri dari FPMI (Bapak Istanto selaku petani ubi jalar). Kegiatan yang diikuti 30 peserta dari berbagai kecamatan di Kabupaten Magelang ini, diselenggarakan MTCC Unimma. Kegiatan Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah ini diselenggarakan selama 5 kali tiap Jumat mulai tanggal 14- 21- 28 Januari dan 4 – 11 Pebruari 2022 ini.   Peserta terdiri dari perwakilan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) di beberapa kecamatan, perwakilan Forum Petani Multikultur Indonesia (FPMI) dan wakil masyarakat umum.